Calon induk jangkrik yang baik adalah jangkrik-jangkrik yang berasal dari tangkapan di alam bebas karena jangkrik tersebut memiliki beberapa keunggulan:
- Ketahanan tubuhnya sangat baik.
- Kemampuan reproduksi tinggi.
- Agresif.
- Menghindari terjadinya degenerasi pada jangkrik-jangkrik yang diternakkan.
Perbandingan ideal antara jangkrik jantan dan betina di dalam kandang adalah 1 : 5. Hal tersebut bertujuan agar ada keseimbangan antara jumlah jangkrik jantan dan betina di dalam kandang yang akan mengoptimalkan jumlah telur yang diletakkan. Seekor induk betina jangkrik pada tempat penangkaran dapat memproduksi telur kurang lebih 600 butir dengan daya tetas 90%.
Perawatan anak jangkrik
Anak-anak jangkrik yang baru menetas akan segera menyebar di dalam ember. Lampu yang dipakai tidak perlu terlalu besar, biasanya ukuran 5 watt, yang penting suhu udara di dalam ember diusahakan stabil karena anak jangkrik mudah mati oleh pengaruh lingkungan yang tidak stabil.
Anak jangkrik perlu diberi pakan buatan berupa tepung jagung, kedelai, dan kacang hijau (cara pembuatan tepung telah dibahas sebelumnya) dan juga pakan alami berupa jagung muda dan kecambah kacang hijau serta sawi hijau dan buncis. Pakan yang diberikan pada prinsipnya adalah pakan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Pemberian pakan di dalam ember harus disesuaikan jumlahnya agar tidak banyak tersisa dan perlu diganti setiap hari.
Sanitasi lingkungan di dalam ember sangat dibutuhkan, oleh karena itu harus dijaga kebersihannya, terutama kalau ada jangkrik yang mati harus segera dibuang dan dibersihkan tempatnya untuk menghindari penularan penyakit apabila jangkrik yang mati tersebut terserang patogen penyebab penyakit. Pemeliharaan anak jangkrik mulai menetas sampai umur 17 hari dilakukan di dalam ember dengan tujuan agar pertumbuhan anak jangkrik merata karena bentuk ember membulat dan tidak terlalu luas, sehingga setiap jenis pakan mudah ditemukan oleh anak jangkrik.
Perawatan jangkrik muda
Setelah jangkrik berumur 17 hari, perlu dipindahkan dari ember ke dalam kandang penangkaran yang terbuat dari kayu tripleks. Penempatan pakan di dalam kandang juga harus merata agar jangkrik mudah mendapatkan setiap jenis pakan yang disediakan. Di dalam kandang perlu juga ditambahkan pakan alami yang harganya murah, yaitu daun singkong, ubi kayu, ubi jalar, dan krokot.
Pemberian pakan sebaiknya diganti setiap dua hari sekali dengan jenis pakan yang berbeda-beda. Pergantian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari menjelang malam, hal tersebut disesuaikan dengan perilaku jangkrik yang aktif pada sore menjelang malam hingga malam hari. Pakan jangkrik harus dijaga agar tidak sampai berjamur karena apabila berjamur akan menjadi tempat yang baik bagi patogen penyebab penyakit untuk tumbuh dan berkembang-biak.
Kondisi di dalam kandang harus lembap tetapi tidak basah, karena kandang yang basah tidak baik bagi kehidupan jangkrik. Jumlah pakan di dalam kandang harus selalu cukup tersedia agar tidak terjadi saling bunuh antar anak jangkrik. Apabila ditemukan jangkrik yang sakit maka harus segera diambil dan dibuang sementara tempat bekas jangkrik sakit tersebut harus segera dibersihkan. Setelah jangkrik berumur 35 hari maka perlu dilakukan pengelompokan ukuran dan pemilihan bibit sebagai indukan jika diperlukan.